Kehidupan
kita selalu berkaitan erat dengan komunikasi, apalagi kita sebagai makhluk
sosial selalu melakukan interaksi dengan manusia lain. Dan di dalam interaksi
tersebut terjadi suatu pertukaran pesan antar individu dalam proses
komunikasinya, dengan adanya penerima pesan sebagai komunikan serta penyampai
pesan sebagai komunikatornya. Pesan yang disampaikan oleh komunikator merupakan
suatu informasi yang mungkin diperolehnya dari pengalaman hidup, melalui orang
lain atau bahkan media massa. Segala pengetahuan dan informasi mengenai
berbagai kejadian di berbagai wilayah baik lokal, regional maupun internasional
dapat diperoleh melalui media massa. Media massa sendiri memiliki tindak
komunikasi yang akhirnya disebut sebagai komunikasi massa.
![]() |
![]() |
Komunikasi
massa dapat diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan melalui media massa,
baik media cetak maupun elektronik sebagai alat untuk menyebarkan informasi.
Definisi
komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner
yakni
:
“mass
communication is messages communicated through a mass medium to a large number
of people”
dari
pernyataan di atas dapat didefinisikan bahwa “komunikasi massa adalah pesan
yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang”.
Sedangkan,
menurut Freidson, komunikasi massa dibedakan dari jenis komunikasi lainnya
dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah
populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu
atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan
tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar
komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua orang dengan mewakili
berbagai lapisan masyarakat.
Bagi
Freidson, khalayak yang banyak dan tersebar itu dinyatakan dengan istilah sejumlah
populasi, dan populasi tersebut merupakan representasi dari berbagai lapisan masyarakat.
Artinya pesan tidak hanya ditujukan untuk sekelompok orang tertentu, melainkan
untuk semua orang.
Freidson
dapat menunjukkan ciri komunikasi massa yang lain yaitu adanya unsur
keserempakan penerimaan pesan oleh komunikan, pesan dapat mencapai pada saat
yang sama kepada semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat.
Pada
awal tahun 1960-an, David K.Berlo membuat formula komunikasi yang lebih
sederhana. Formula itu dikenal dengan nama “SMCR”,
yakni:
- Source (pengirim),
- Message (pesan),
- Channel (saluran/media) dan
- Receiver (penerima).
Sumber
Semua
peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim
informasi. Sumber bisa terdiri dari satu orang atau
bisa
juga dalam bentuk kelompok misalnya seperti partai, organisasi atau lembaga.
Pesan
Pesan
adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat
disampaikan dengan cara tatap muka ataupun melalui media komunikasi. Isinya
bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan informasi, nasihat
,
opini, atau propaganda.
Saluran
/ Media
Media
adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima.
Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara
sumber dan penerima dengan sifatnya terbuka, dimana semua orang dapat melihat,
membaca dan mendengarnya.
Penerima
Penerima
bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai
atau negara. Penerima adalah elemen terpenting dalam proses komunikasi, karena
dialah yang menjadi sasaran komunikasi. Charles Wright sasaran komunikasi massa
memiliki karakteristik : large, yaitu besarnya adalah relatif dan menyebar
dalam berbagai lokasi, heterogen yaitu semua lapisan masyarakat dengan berbagai
keragamannya, dan anonim.
Namun
dalam buku Wiryanto dengan judul Pengantar Ilmu Komunikasi terdapat unsur
Pengaruh (Effect), yakni perbedaaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan
dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa
terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu,
pengaruh juga bisa diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada
pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan
Marshall McLuhan pada
pertengahan tahun 1960-an telah meyakini bahwa perkembangan media elektronik
menandai fase baru dalam sejarah manusia.
Komunikasi tak lagi terbatas ruang dan waktu. Komunikasi dapat dilakukan
meski terdapat jarak fisik dan komunikasi massa lintas tempat secara instan
dapat dilakukan secara bersamaan.
Menurut McLuhan, global village
memungkinkan orang dari seluruh dunia menjadi lebih dekat. Lingkungan yang
menurut McLuhan memaksa kita memiliki komitmen dan partisipasi. Kita menjadi
lebih terlibat dan bertanggung jawab satu sama lain.
Global Village atau
desa global ini terlukis dengan berkembangnya media massa yang maju pesat dan
secara nyata mendekatkan manusia dari belahan dunia manapun. Kita dapat
menyaksikan secara langsung tayangan live
piala dunia. Meskipun terbentang jarak begitu jauh dari tempat berlangsungnya
pertandingan sepak bola tersebut. Bukan semata-mata TV, namun perkembangan
internet membuat ‘desa global’ ini makin terasa. Kita bisa mengetahui aneka
kejadian di belahan dunia manapun dalam sekejab. Jarak dan waktu serasa bukan
hambatan. Komunikasi makin lancar dengan kemudahan yang disediakan dalam media
baru ini, seperti radio/ audio dan audio
visual streaming, teks berita, dan
messenger (chat). Apapun informasi, hiburan, dan kebutuhan komunikasi
lainnya serasa dalam genggaman.
Marshall
McLuhan juga menyatakan bahwa desa global terjadi sebagai akibat dari
penyebaran informasi yang sangat cepat dan massive di masyarakat. Penyebaran
yang cepat dan massive ini menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
(media massa). Manusia pada masa itu akan lebih menyukai komunikasi audiovisual
yang ateraktif, informatif, dan menghibur. Bertentangan dengan “kekuatan”
teknologi media massa, manusia tidak akan mengagumi internet seperti pada awal
kehadirannya di tengah masyarakat, sekalipun Internet dapat menghubungkan satu
orang dengan orang lainnya dalam tempat yang berjauhan, menyampaikan banyak
pesan ke tempat yang berlainan dalam satu waktu bersamaan. Perkembangan konsep
Desa Global. Seiring berjalannya waktu, konsep ini terus berkembang. konsep ini
dianggap sesuai dengan keadaan masa kini, yakni teknologi komunikasi, salah
satunya adalah internet, terbukti dapat menyatukan dunia. Perkembangan teknologi
seperti yang dinyatakan dalam desa global, membawa dampak positif, dan negatif.
Dampak positifnya adalah orang selalu bisa mengetahui kabar terbaru yang
terjadi di tempat lain, dapat berkomunikasi dan terhubung walau dalam jarak ribuan
mill, mencari dan bertukar informasi. Adapaun dampak negatifnya adalah
kecanduan internet, orang tidak dapat hidup tanpa internet, orang yang lebih
eksis di dunia maya dibandingkan dunia nyata, yang menggangu hubungan sosialnya
dengan orang lain.
Global village yang diharapkan mampu membagi informasi dan budaya secara
rata ternyata tidak tercapai. Cita-cita mulia McLuhan ini tak mudah dilakukan
karena yang terjadi justru ketidakseimbangan akibat ketimpangan kepemilikan
media massa. Kapitalisme merambah ranah media massa, dimana media global kini
dimiliki oleh konglomerat
korporasi-korporasi dari negara maju yang mendominasi, mengabaikan kepentingan
pendidikan dan kepentingan pihak lain semata-mata demi mencari keuntungan.
Globalisasi media juga membawa suasana tidak demokratis dan egalitarian
(sederajat/ sama). Ada 3 area kunci yang
perlu diperhatikan dalam globalisasi media, yaitu:
(1)
kepemilikan dan kontrol,
(2)
isi,
(3)
serta konsumsi.
Dalam
bukunya mengatakan bahwa kita sebenarnya
hidup dalam suatu ‘desa global’. Pernyataan McLuhan ini mengacu pada perkembangan media
komunikasi modern yang telah memungkinkan jutaan orang di seluruh dunia untuk
dapat berhubungan dengan hampir setiap sudut dunia. Kehadiran media secara
serempak di berbagai tempat telah menghadirkan tantangan baru bagi para ilmuwa
dari berbagai disiplin ilmu. Pentingnya komunikasi massa dalam kehidupan
manusia modern dewasa ini, terutama kemampuannya untuk menciptakan public, menentukan
issue, memberikan kesamaan kerangka berpikir, dan menyusun perhatian public,
pada gilirannya telah mengundang berbagai sumbangan teoritis terhadap kajian
tentang komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu sisi
mengandung pengertian suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan
menyebarkan pesan kepada public secara luas dan pada sisi lain merupakan proses
dimana pesan tersebut dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh audience. Pusat
dari studi mengenai komunikasi massa adalah media. Media merupakan organisasi
yang menebarkan informasi yang berupa produk budaya atau pesan yang
mempengaruhinya dan mencerminkan budaya dalam masyarakat. Oleh karenanya,
sebagaimana dengan politik atau ekonomi, media merupakan suatu sistem
tersendiri yang merupakan bagian dari system kemasyarakatan yang lebih luas. Dengan
asumsi bahwa modern adalah meninggalkan yang “kuno”, maka pada gilirannya,
kehendak untuk modern merupakan manifestasi dari kehendak untuk mengeliminir
pandangan primordial pra-modern atau hal-hal yang menghambat lajunya
“kehendak-kehendak” itu, seperti agama, etika, dan nilai. Asumsi-asumsi ini
akan terus berkembang seiring dengan lajunya pandangan “modern”. Pada saat
modernitas diposisikan sebagai “sesuatu yang dicari banyak orang”, maka pada
saat yang sama kepentingan-kepentingan modernitas telah menjadi ideologi.
Kepentingan dan keinginan untuk modern,dengan arti lain, menjadi kehendak untuk
berkuasa. Saluran-saluran kekuasaan yang efektif untuk mengakses massa demi
terwujudnya “kepentingan” tersebut adalah media, sehingga tidak salah ketika
pada saat modernitas mengubah kesadaran manusia menjadi kesadaran massa.
Komentar
Posting Komentar